Bahaya Penggunaan Gadget Yang Kurang Bijak Pada Anak
Januari 28, 2019
Hujan, angin, dingin. Badan kurang fit. Sebuah
perpaduan yang klop untuk mager di rumah :D. Tapi, karena sudah ada
agenda dan agendanya luar biasa penting, akhirnya saya menggeber diri saya
untuk tetap menuju lokasi acara.
Dengan kekuatan bulan (ketahuan amat ya, saya angkatannya sailormoon :D ), salah salah, maksudnya dengan kekuatan lillahi ta’ala dan ridho suami, akhirnya saya membelah hujan dengan deruman kuda mesin hijau kesayangan.
Dengan kekuatan bulan (ketahuan amat ya, saya angkatannya sailormoon :D ), salah salah, maksudnya dengan kekuatan lillahi ta’ala dan ridho suami, akhirnya saya membelah hujan dengan deruman kuda mesin hijau kesayangan.
Tentu sebelum berangkat
saya lebih dulu meminum spirulina,androghapis dan HC alias Hpai Coffee, sebagai suplemen alami tubuh, apalagi kondisi badan sedang kurang fit, wajib banget dah jadinya untuk mengkonsumsinya, hehehe.
saya lebih dulu meminum spirulina,androghapis dan HC alias Hpai Coffee, sebagai suplemen alami tubuh, apalagi kondisi badan sedang kurang fit, wajib banget dah jadinya untuk mengkonsumsinya, hehehe.
Jam 7.15 WIB, saya mampir dulu ke bu Yasmin, karena kita akan sama-sama
berangkat ke tempat acara. Kalau hari Ahad cerah, sudah bisa dipastikan,
jalanan dari bunderan galuh mas-bunderan masjid raya perumnas, pasti padat
merayap karena ada kegiatan pasar tumpah.
Nah, berhubung cuaca sedang gerimis, kami bisa melewatinya dengan cukup cepat karena jalanan lengang. Pengunjung atau pejalan kaki baru terlihat sedikit. Dan para pedagangpun ada yang baru memulai menyusun barang-barang dagangannya.
Nah, berhubung cuaca sedang gerimis, kami bisa melewatinya dengan cukup cepat karena jalanan lengang. Pengunjung atau pejalan kaki baru terlihat sedikit. Dan para pedagangpun ada yang baru memulai menyusun barang-barang dagangannya.
Sesampainya di Masjid Ukhuwah Blok A
Perumnas Bumi Telukjambe Karawang, para mujahidah tarbiyah Taman Mutiara Hati sedang mempersiapkan Parenting Class mengenai Bahaya
Penggunaan Gadget yang kurang bijak. Yang akan dipaparkan oleh seorang
praktisi pendidikan. Bu Ade Khayatunnufus, S.T
Satu
persatu peserta Parenting Class berdatangan. Ada dari peserta umum. Ada juga
dari peserta wali Murid Mutiara Hati. Dan acara pun dimulai.
“Nanti tuh, generasi kamu entah
generasi apa, kalau lahir kayaknya udah bukan pakai nama, tapi pakai nomor!”
begitu seloroh seorang dosen pada bu Ade saat beliau kuliah beberapa waktu
silam.
Dan
ternyata, memang benar kenyataannya sekarang, kalau kita kenalan dengan orang
lain, hal yang kita tanyakan, tak hanya nama saja kan? tapi juga menanyakan
nomor telepon, betul? Tanya bu Ade retoris.
Saya
yang mendengarkan di meja registrasi peserta pun, mengiyakan. 😄
Ya, hal itu terjadi, karena teknologi yang semakin berkembang cepat, salah satunya mengenai gadget ini.
Ya, hal itu terjadi, karena teknologi yang semakin berkembang cepat, salah satunya mengenai gadget ini.
Jadi
apa hubungan antara gadget dan bahayanya (khususnya) pada anak? Penasaran?
Baiklah, kita bahas dulu definisi Gadget
dan Otak ya.
Gadget
itu definisinya adalah gawai atau piranti yang mempunyai fungsi praktis. Orientasi
gadget itu kepraktisan.
Terbukti dari perbaharuan series gadget yang semakin berubah dari waktu ke waktu, bahkan mungkin dari hari ke hari. Adaaaa saja series terbaru dari gadget.
Terbukti dari perbaharuan series gadget yang semakin berubah dari waktu ke waktu, bahkan mungkin dari hari ke hari. Adaaaa saja series terbaru dari gadget.
Nah,
salah satu masalahnya adalah, banyak dari kita yang gagal memaknai fungsi dari
gadget itu sendiri.
Kalau
dulu, zamannya anak 80an, paling banter dapat tayangannya dari TVRI. Kalau
anak-anak milenial sekarang tayangan yang bisa didapatkan darimana? Berserakan.
Dan itu salah satunya didapatkan dari
gadget.
Masalahnya,
yang ada di dalam gadget tak semuanya baik. Kalaupun baik, jika intensitas anak
berlebihan dengan gadget, akan menimbulkan kerusakan otak.
Masa sih? Ciyus.
Masa sih? Ciyus.
Jadi,
perlu diketahui, 90 persen perkembangan otak terjadi pada anak berusia 5 tahun
ke bawah. Alias usia balita. Dan di dalam bagian otak yang paling depan,
namanya adalah Excecutive Function.
Apa sih Executive Function?
Untuk
menjawabnya, mari bayangkan terlebih dulu kalimat ini. Ada sebuah mesin, tapi gear
–nya rusak? Apakah mesin tersebut bisa berfungsi dengan baik? Jawabannya tentu
tidak.
Nah.
Jika dianalogikan. Otak itu seperti mesinnya tubuh. Dan EF alias Executive
Function ini fungsinya sebagai gearbox-nya otak.
Jadi, jika EF rusak, maka anak dan keseluruhan fungsi anak bisa rusak. Dan penggunaan gadget yang tidak bijak, bisa merusak EF yang ada pada otak. Na’udzubillah.
Jadi, jika EF rusak, maka anak dan keseluruhan fungsi anak bisa rusak. Dan penggunaan gadget yang tidak bijak, bisa merusak EF yang ada pada otak. Na’udzubillah.
Padahal fungsi otak itu beberapa di antaranya adalah ini:
- Physical Development
Otak ini fungsinya bertanggung jawab untuk
perkembangan fisik. Termasuk perkembangan otot.
Nah, gadget ini, bisa membuat otot anak
tidak bergerak. 😱
Misal, kalau anak memegang atau menonton gadget, anak memang bisa duduk tenang, bahkan bisa duduk dengan sangat lama, berbeda misalnya ketika diajak makan, bisa pecicilan luar biasa. 😂
Misal, kalau anak memegang atau menonton gadget, anak memang bisa duduk tenang, bahkan bisa duduk dengan sangat lama, berbeda misalnya ketika diajak makan, bisa pecicilan luar biasa. 😂
Ya, jika kita amati sekilas anak duduk
tenang ketika melihat gadget itu hal yang menyenangkan.
Faktanya, jika kita perhatikan dengan benar, otot anak sedang tidak difungsikan dengan baik jika bermain gadget. Anak hanya menggerak-gerakan jarinya saja bukan? Sedangkan otot tubuh lainnya hanya diam.
Faktanya, jika kita perhatikan dengan benar, otot anak sedang tidak difungsikan dengan baik jika bermain gadget. Anak hanya menggerak-gerakan jarinya saja bukan? Sedangkan otot tubuh lainnya hanya diam.
Padahal, perkembangan yang baik bagi anak
adalah yang melibatkan banyak kerja otot. Otot anak harus sering dilatih, bukan
dibiarkan diam terus menerus bersama gadget.
- Approaches to learning
Otak juga bertanggungjawab terhadap
perencanaan.
Nah, anak yang berlebihan terpapar gadget,
tak akan mampu merencanakan sesuatu dengan baik.
Otak bertanggung jawab pula atas
kreatifitas.
Mungkin sebagian akan beranggapan, “Kan
saya ngasih gadget supaya anak nonton hal-hal yang kreatif.”
Alasan normatif memang. Tapi, bila tidak
didampingi, anak cenderung puas hanya dengan melihat atau menonton saja. Jadi,
semakin anak sering terpapar gadget, kreatifitas anak semakin menciut.
- Social And Emotional Development
Salah satu fungsi otak selanjutnya adalah untuk
mengelola emosi.
Pernah menghadapi anak tantrum? Nah, bagi
anak yang sudah kecanduan gadget, ketrantrumannya akan sulit untuk diredakan. Namun,
perlu diingat juga, ketika anak tantrum, orang tua jangan ikut-ikutan tantrum,
ya :D
Sebuah penelitian pun menunjukkan, bagi
anak yang terpapar gadget, ketika diminta bermain lego akan mudah menangis bila
mainannya roboh. Karena gadget telah mengikis rasa persistensi dirinya. Padahal
persistensi diri itu sebuah bekal yang sangat penting untuk kehidupan mendatangnya,
bukan?
- Languange and Literacy
Otak juga berfungsi sebagai penggerak Bahasa
dan literasi.
Semakin banyak perbendaharaan kata, semakin
banyak pula kalimat yang bisa diucapkan. Dan semakin mudah pula anak dalam
berbicara, membaca untuk selanjutnya menulis dengan baik.
Masalahnya, pada anak yang sejak balita
terpapar gadget, kemampuan pada poin ini akan menjadi tidak optimal.
Dan pada beberapa kasus, seperti yang pernah ditangani oleh bu Ade sendiri, ada anak yang sudah berusia lima tahun tidak bisa mengidentifikasi benda nyata di sekelilingnya.
Karena ternyata sejak kecilnya, dia telah dicekoki gadget setiap harinya. Sehingga anak tidak berkomunikasi dengan baik dengan orang yang disekitarnya.
Dan pada beberapa kasus, seperti yang pernah ditangani oleh bu Ade sendiri, ada anak yang sudah berusia lima tahun tidak bisa mengidentifikasi benda nyata di sekelilingnya.
Karena ternyata sejak kecilnya, dia telah dicekoki gadget setiap harinya. Sehingga anak tidak berkomunikasi dengan baik dengan orang yang disekitarnya.
- Mathematical Thinking
Otak juga sangat berperan untuk kita
berpikir matematis. Karena ini memang salah satu modal kehidupan.
Coba perhatikan, apa di dunia ini yang tidak ada hubungannnya dengan matematika? Semuanya pasti ada.
Coba perhatikan, apa di dunia ini yang tidak ada hubungannnya dengan matematika? Semuanya pasti ada.
Entah itu angka, pola, bentuk geometri,
maupun ukuran dan data. Semua itu ilmu matematika bukan?
Tapi perlu diingat pula bahwa setelah
membaca ini, bukan agar para orangtua jadi sibuk me-les-kan Ananda ke kelas
matematika supaya Ananda dapat score 100 terus ya. Bukan. Bukan itu maksudnya.
Melainkan, penekanan pada poin ini, adalah
jika otak berkembang dengan baik, maka paling tidak, anak akan bisa menghitung
dan berpikir logic. Berpikir logic ini
yang akan sangat berguna bagi kehidupannya di masa yang akan datang.
- Social Studies
Otak bertanggung jawab pula terhadap ilmu
sosial anak. Yang notabene sangat diperlukan dalam kehidupan ini.
Otak akan mengenal budaya, identitas,
belajar menempatkan diri dalam lingkungan. Mengenal waktu, dan tempat.
Nah, salah satu bahaya dari gadget ini,
bisa menyebabkan anak menjadi ansos alias antisosial.
Anak akan sulit berbaur dan berkomunikasi dengan lingkungan, karena anak merasa sudah cukup mendapatkan semuanya di gadget.
Padahal, kita di dunia nyata, jadi kita perlu bersosialisasi dengan yang nyata pula.
Anak akan sulit berbaur dan berkomunikasi dengan lingkungan, karena anak merasa sudah cukup mendapatkan semuanya di gadget.
Padahal, kita di dunia nyata, jadi kita perlu bersosialisasi dengan yang nyata pula.
Selain
itu, tentu saja penggunaan gadget yang
berlebihan pada anak, akan menyebabkan fungsi mata dan otot-otot tubuh menjadi
terganggu.
Jadi, siapakah yang bertanggung jawab untuk menjadi bijaksana dalam hal gadget ini?
Jawabannya
tidak lain adalah orangtua dan orang-orang dewasa yang ada di sekitar anak. Karena anak tentu tak akan bisa mendapatkan gadget bila tidak difasilitasi oleh orangtua atau orang dewasa di sekitarnya, bukan?
By the way,
bijak itu apa sih?
Bijak adalah bisa membedakan mana yang prioritas mana yang
tidak.
Nah,
mari kita tanya pada diri kita masing-masing. Apa prioritas kita? Membangun (karakter)
anak atau menyuruhnya selalu duduk diam dengan cara merusak otaknya bersama
gadget?
Semoga
kita sebagai orangtua, bisa lebih bijak lagi dalam memberikan gadget pada anak.
Bila memang anaknya masih berusia dibawah lima tahun, sebaiknya tidak usah
memberikan gadget.
Bahkan
bu Ade sendiri menjelaskan, ada batasan maksimal penggunaan gadget pada anak.
0-2
tahun tidak boleh diberikan gadget sama sekali.
3-5
tahun hanya boleh memegang gadget 1 jam/hari.
6-14
tahun hanya boleh memegang gadget 2 jam/hari.
Tapi
itu juga harus DIDAMPINGI. Tidak dibiarkan memegang gadget sendiri.
Dan
yang terbaik adalah, tidak memberikan gadget sama sekali pada anak usia dibawah
5 tahun.
Kalaupun masih belum bisa seketat itu, jadwalkan saja hari yang boleh melihat gadget. Lalu batasi waktunya, sekian menit. Dan tetap dengan pendampingan orangtua.
Kalaupun masih belum bisa seketat itu, jadwalkan saja hari yang boleh melihat gadget. Lalu batasi waktunya, sekian menit. Dan tetap dengan pendampingan orangtua.
bagaimana
jika anak sudah terlanjur terpapar gadget? Apa yang harus kita lakukan?
Ada
5 poin penting yang harus dilakukan oleh kita sebagai orangtua atau orang
dewasa terhadap perkembangan anak-anak:
- Istiqomah
Ibu dan ayah, harus satu suara dalam
memberikan keputusan kepada anak.
Misalnya dalam hal gadget, ketika ibu
melarang, maka ayah pun tidak mengizinkan anaknya saat anak meminta gadget.
Pun begitu dengan nenek/kakek harus satu
suara dengan ayah dan ibu sang anak.
Karena bila anak mendapatkan dua pola asuh
yang berbeda, atau dua keputusan yang berbeda, maka anak akan cenderung tidak
taat aturan atau cenderung mengikuti aturan yang menguntungkannya dan bahkan membuat aturannya sendiri.
Nah, bu ibu dan pak bapak yang belum satu suara, monggo dirapatkan diforum internal keluarga kecilnya ya 😉 Mungkin ngobrolnya bisa sambil jalan-jalan ke tempat yang sejuk, biar diskusinya juga adem-adem gimana gitu. #eaaa
Nah, bu ibu dan pak bapak yang belum satu suara, monggo dirapatkan diforum internal keluarga kecilnya ya 😉 Mungkin ngobrolnya bisa sambil jalan-jalan ke tempat yang sejuk, biar diskusinya juga adem-adem gimana gitu. #eaaa
Karena istiqomah memang penting, termasuk istiqomah dalam memberi contoh pada anak.
Misal, pada saat quality time bersama anak, usahakan Ayah dan ibu tidak menggunakan gadget, kecuali untuk hal-hal yang urgent.
Atau ayah dan Ibu bisa melipir dulu ke
belakang atau ke tempat yang Ananda tidak melihat orangtuanya memegang gadget.
Atau kalaupun terpaksa menggunakannya di
depan anak, berikan alasan yang tepat dan sesuai fungsi awal gadget itu
sendiri.
- Adil
Adil di sini maksudnya adalah, kita harus
bisa melihat dan menyesuaikan tahapan perkembangan anak.
Karena Fitrahnya anak itu memang bergerak
ya, bu ibu, pak bapak. 😄
• Misal anak umur setahun, fitrahnya memang kesana kesini, karena dia sedang belajar jalan, sedang berjalan keseimbangan, dia belajar bangkit setelah jatuh, dia belajar mengenal sakit ketika jatuh, dsb.
• Fitrah anak tiga tahun misalnya sering menumpahkan air. Karena memang persepsi mereka belum tau batasan.
Maka kita sebagai orangtua, memberi arahan atau pijakan, tentang batasan itu. misal mengisi air ke dalam gelas tadi, ketika dia menumpahkan air, kita diharapkan berujar seperti ini :
• Misal anak umur setahun, fitrahnya memang kesana kesini, karena dia sedang belajar jalan, sedang berjalan keseimbangan, dia belajar bangkit setelah jatuh, dia belajar mengenal sakit ketika jatuh, dsb.
• Fitrah anak tiga tahun misalnya sering menumpahkan air. Karena memang persepsi mereka belum tau batasan.
Maka kita sebagai orangtua, memberi arahan atau pijakan, tentang batasan itu. misal mengisi air ke dalam gelas tadi, ketika dia menumpahkan air, kita diharapkan berujar seperti ini :
“Wah, airnya
tumpah ya?”
“Tumpah kenapa
ya?”
“Oh, meluap. Betul.”
“Meluap karena
airnya terlalu banyak. Bagaimana supaya airnya tidak meluap ya?”
“Jadi,
sebaiknya kita mengisi tidak melebihi garis gelas ya nak.”
Ya, kalimat-kalimat seperti itu jauh lebih menstimulus anak untuk bepikir dan menyelesaikan solusi ketimbang anak langsung dimarahi.
Ya, kalimat-kalimat seperti itu jauh lebih menstimulus anak untuk bepikir dan menyelesaikan solusi ketimbang anak langsung dimarahi.
- Khusyu (mindfulness)
Maksudnya adalah kita harus senantiasa
ingat kepada Allah.
Sehingga, pada praktiknya bersama anak, kita bisa menempatkan diri dengan baik sebagai ibu atau ayah atau orang dewasa yang bertanggungjawab untuk menjaga amanah Allah tersebut dengan baik.
Pun salah satu contohnya, orangtua yang khusyu adalah, ketika orang tua tersebut mampu mengendalikan diri untuk tidak memberikan gadget pada anak meskipun sekarang ini harga gadget ada yang harganya jauh lebih terjangkau dibandingkan buku edukasi atau mainan edukasi anak.
Sehingga, pada praktiknya bersama anak, kita bisa menempatkan diri dengan baik sebagai ibu atau ayah atau orang dewasa yang bertanggungjawab untuk menjaga amanah Allah tersebut dengan baik.
Pun salah satu contohnya, orangtua yang khusyu adalah, ketika orang tua tersebut mampu mengendalikan diri untuk tidak memberikan gadget pada anak meskipun sekarang ini harga gadget ada yang harganya jauh lebih terjangkau dibandingkan buku edukasi atau mainan edukasi anak.
- Meaningfull
Biasakan untuk sering-sering mengobrol
dengan anak yang penuh makna, sekalipun anak tersebut masih bayi.
Karena dengan ucapan-ucapan yang baik dan bahkan penuh makna, otak anak akan terstimulus dengan baik pula.
Karena dengan ucapan-ucapan yang baik dan bahkan penuh makna, otak anak akan terstimulus dengan baik pula.
Membacakan anak buku cerita atau shirah
nabawi juga bisa termasuk ke dalam poin ini, loh.
Wah para bakuler buku edukasi, selamat ya sudah jadi perantara para orang tua untuk mengedukasi anak-anak 😍
Wah para bakuler buku edukasi, selamat ya sudah jadi perantara para orang tua untuk mengedukasi anak-anak 😍
Bagi yang sibuk bekerja bagaimana? Usahakan sediakan waktu untuk Quality time, ya. 😉
- Berlandaskan ilmu yang diridhoi Allah SWT.
Ketika ada sebuah kegiatan baik untuk diri
kita maupun untuk anak-anak, kita harus membiasakan diri untuk memilahnya.
Mana kiranya kegiatan yang akan mendatangkan ridho Allah SWt. Mana yang tidak.
Mana kiranya kegiatan yang akan mendatangkan ridho Allah SWt. Mana yang tidak.
Intinya sih, kesimpulan dari yang sudah disebutkan di atas adalah:
untuk mencegah maupun menangani anak yang kecanduan gadget adalah dengan banyak melakukan kegiatan bersama anak.
Baik yang berhubungan dengan motoric kasar maupun yang motoric halusnya, dengan senatiasa berpegang teguh pada 5 poin di atas.
Misalnya ajak anak muroja’ah sambil lari pagi, atau ajak anak bermain puzzle, dan permainan real lainnya yang selain gadget.
Memang
bukan perkara mudah, apalagi bagi yang gadgetnya sudah menjadi candu. Tapi bukan
perkara mustahil pula bahwa kita bisa memperbaiki kebiasaan itu agar perkembangan
anak sesuai fitrahnya.
Adalah
wajar ketika ternyata kita belum bisa menjadi orangtua yang sempurna, yang
sesuai dengan kaidah –kaidah mendidik yang baik. Karena seperti pepatah, tak ada gading yang tak retak.
Tapi
menjadi tidak wajar, bila kita lantas bersikap masabodoh, cuek dan tak mau memperbaiki
apa yang kurang tepat.
Jadi,
Insya Allah kita semua mau sama-sama belajar menjadi orangtua yang bijaksana,
ya… 😍
Dan karena semua itu butuh proses, ilmu dan kesabaran, maka tetaplah semangat untuk menuntut ilmu dan mengamalkannya dengan sabar. 💪💪
Dan karena semua itu butuh proses, ilmu dan kesabaran, maka tetaplah semangat untuk menuntut ilmu dan mengamalkannya dengan sabar. 💪💪
Semoga
tulisan ini bermanfaat, aamiin.
Oh ya, kalau mau menambahkan penjelasan soal tulisan ini, silakan. Atau mau mengoreksi dan berdiskusi, monggo tulis di kolom komentar, ya.
Oh ya, kalau mau menambahkan penjelasan soal tulisan ini, silakan. Atau mau mengoreksi dan berdiskusi, monggo tulis di kolom komentar, ya.
Dan
kalau mau tahu lebih lengkap lagi, mending nanti langsung ikut gabung kalau ada
kegiatan parenting selanjutnya, ya!
Karena, ngebahas satu judul ini aja sebenarnya butuh waktu berjilid-jilid untuk mengupas tuntas semuanya. 😁
Karena, ngebahas satu judul ini aja sebenarnya butuh waktu berjilid-jilid untuk mengupas tuntas semuanya. 😁
Asli deh, enggak akan nyesel ikut parenting class kayak gini. 😍
Jazakumullah Taman Mutiara Hati atas acara yang bermanfaat ini. 😘
Jazakumullah Taman Mutiara Hati atas acara yang bermanfaat ini. 😘
Salam,
Djayanti
Nakhla Andonesi
28 komentar
Bermanfaat banget penjelasannya mbak, makasih yaa
BalasHapusSama-sama mbak :)
HapusAssalamualaikum....
BalasHapusWaaahhh terimakasih banyak ya. ..alhamdulillah ibu mendapatkan insight-nya ,semoga peserta lain juga demikian ,kebahagiaan saya sebagai pembicara (bukan narsum, karena materinya saya comot dr berbagai sumber) adalah ketika pendengarnya mampu mempresentasikan kembali yang didengar apalagi kalau sampai merepresentasikannya di kehidupan 😍
Terimakasih banyak banyak yaaa, semoga bermanfaat
Ada sedikit koreksi :Excecutive Function sebagai "gearbox"
Wa'alaikumsalam wr wb, waaah makasih bu Ade sudah mau mampir dan baca di blog ini 😍
HapusMakasih ya bu koreksinya, sudah saya edit ya bagian yg harus diperbaikinya.
Jazakillah khoir bu ilmu yang sudah dishare-kan di acara parenting kemarin 😘
Semoga Bu Ade makin menginspirasi kita semua aamiin 😍
2 Februari 2019 09.47
Inshaallah ini bermanfaat, terutama bagi saya nanti ketika sudah berkeluarga...
BalasHapusTerimakasih
allahumma aamiin.
HapusIya sama-sama Mas junior. Terima kasih sudah mau baca sampai tuntas. :)
2 Februari 2019 09.48
Duh aku juga termasuk kecanduan ni walaupun buat kerja sih..
BalasHapusHehe iya mbak, kalau untuk orang dewasa kerja dimaklum tapi kalau untuk anak-anak sebaiknya diatur jadwal gadgetnya ya :)
HapusBagus artikelnya
BalasHapusMungkin tata letak/layout tulisannya agak dirapikan ya :-)
Wuaah ada Mbak Afra 😍 jazakillah khoir sarannya mbak 😊
HapusSenang baca artikel parenting, jadi warning juga buat emak millenial kayak saya. Sudah d warming up pun harus lebih disiplin lagi.
BalasHapusIya Teh Na, betuuul 😍
HapusKeeerreeeen... bermanfaat banget untuk orang-tua, nih
BalasHapusAamiin allahumma aamiin. Makasih pak, sudah baca sampai tuntas :)
HapusWoowww.. Aku langsung kenyang mb.. Pas bgt dibaca orangtua zaman now..
BalasHapusHehehe kenyang karena tulisannya banyak banget ya mbak 😂 iya mbak Ziee, cucok buat ortu zaman now 😘
HapusKalau Abah Ihsan bilang gadget ini adalah setan gepeng wkwkw
BalasHapusWkwkwkwk
HapusDj baru tau kalau istilah "setan gepeng" itu dipopulerkan oleh Abah Ihsan 😅
Mau ikutan juga Dj kelas parentingnya. Nanti kalau saya sudah di Depok. Ajak-ajak ya jika ada kelas Parenting.
BalasHapusIya kak Evi, nanti Dj kabari kalau ada kelas Parenting lagi di Karawang ya 😘 nanti bisa sekalian kopdar, yeay 😍
HapusBermanfaat sekali postingannya, jazakillah Khoir
BalasHapusAamiin allahumma aamiin, waiyyak :)
HapusWah, jangan sampai EF otak anak rusak gara2 penggunaan gadget yang kurang bijak pada anak ya. Jadi orangtua zaman sekarang harus waspada.
BalasHapusIya mbak Rindang, sepakat 😊
HapusAku paling lama gak megang HP itu 24 Jam, karena sengaja HP dimatikan biar lolos dari notif WA haha
BalasHapus😂😂😂
HapusSemakin dimanjakan dengan gadget, anak-anak semakin kurang imajinasi dan enggak mau baca.. :(
BalasHapusIya ya, memang harus ada jadualnya ya untuk gadget tdk boleh terus-terusan
Hapus