Ketika Saya Menulis

Februari 29, 2016

Ada banyak hal yang membuat saya terdorong untuk menulis.

Pertama, dari kecil saya memang senang sekali menulis.

Bahkan saya dan teman segenk (halah segenk :D masih pada krucil juga :D), sempat membuat 'buku' yang isinya adalah cerita yang kita karang sendiri. Istilahnya buku Trio. Karena waktu itu kita menulisnya bertiga.
Tentunya isinya jauh dari tata cara menulis novel yang baik dan benar, wong masih SD, hehehe.

Selain buku Trio,
saya juga sering menulis cerita sendiri. Waktu itu saya hanya menggunakan buku tulis kosong, jadi benar-benar menulis pakai pensil dan pulpen, karena saat itu komputer masih barang yang sangaaat ekslusif. Apalagi handphone, pokoknya zaman saya SD belum ada teknologi secanggih sekarang.

Saya sempat khatam membuat satu novel, bertema remaja, padahal saya sendiri masih SD waktu itu :D. Lalu, saya meminjamkannya kepada teman saya yang lebih gede dan di atas saya usianya.
Setelah beliau baca, ternyata beliau suka sama ceritanya, bahkan beliau sampai menitikan air mata karena cerita saya menyentuh hatinya.

Wah, saya girang. Ternyata ada yang suka dengan tulisan saya.
Tapi jangan dibayangkan bagaimana peletakan hurufnya ya, karena ketika itu saya tak terlalu peduli dengan teknis menulis. Yang ada di pikiran saya, ya menulis apa yang saya pikirkan saja, wong waktu itu saya belum ikutan kelas menulis, koq. :D

Saya ingin sekali mengirimkan cerita ke majalah yang ada. Tapi sayang, mama  tak mendukung saya kala itu. Kata mama, mengarang cerita itu tidak baik.
Sampai-sampai satu buku tulis hasil karya saya, saya hapus. Saya merasa tak punya peluang lagi untuk mengungkapkan sesuatu lewat tulisan.

Kedua, ada hikmah di balik tulisan.

Masa SMP saya fakum menulis. Namun, dasarnya hobi sih, ya, sehingga hati saya menagih-nagih diri sendiri untuk segera menulis lagi.
Akhirnya zaman SMA, semangat menulis mulai timbul lagi, walaupun baru sebatas semangat tanpa aksi yang mendukung.

Meski mama tak suka saya mengarang cerita, tapi ketika akhirnya saya sampaikan bahwa niat menulis untuk memetik hikmah, dan lagi pula menulis bukan hanya kisah fiktif semata melainkan ada tulisan ilmiah alias non fiksi juga, akhirnya mama pun mengizinkan saya untuk menulis.

Nah, dari izin mama lah, akhirnya saya berhasil memenangkan lomba cerpen ketika SMA, judulnya 'Gerimis' yang diikut sertakan dalam PIJAR  FKDK UNSIKA 2008.
Bahkan sebelum saya kirimkan cerpennya, Mama sudah menitikkan air mata saat saya serahkan pada beliau cerpen karya saya. Kata mama, ceritanya penuh hikmah.

Ketiga, keinginan kuat untuk menyebarkan manfaat

Zaman saya masuk kuliah sambil kerja, saya tidak bisa menulis banyak. Karena keterbatasan waktu. (Halasan :D)
Tapi memang lebih sering nulis tugas-tugas kuliah, seperti makalah, paper dll., dibanding nulis fiksi.

Tapi, untungnya saya ikut kegiatan Forum Lingkar Pena Karawang. Walaupun, ya itu tadi, karena waktu sudah tersedot oleh kuliah-kerja-dan kegiatan kampus lainnya, akhirnya saya tak begitu aktif di forum tersebut.
Namun untunglah, orang-orang forumnya balageur. Hehehe.

Keempat, terinspirasi dari kalam-Nya.

Ya, Allah menyuruh kita menulis melalui QS. Qalam. 
Dan memang menulis bisa lebih efektif pada banyak hal, termasuk pada proses memperbaiki diri, baik diri sendiri maupun lingkungan.

Well, pada akhirnya, di antara banyaknya alasan saya menulis, yang paling dasar bagi saya adalah ingin meninggalkan jejak yang bermanfaat bagi anak keturunan saya. 




Syukur-syukur bisa bermanfaat juga pada orang lain, dan masyarakat luas.

Dan, saya ingin membuktikan pada Mama tercinta, bahwa menulis juga bisa mendatangkan pahala. Dan ketika pahala itu ada, saya berharap Mama dan Bapak menerimanya pula. Aamiin.
:)

Salam,
Djayanti Nakhla Andonesi
Karawang city

You Might Also Like

0 komentar