Dahulukan mana hapal Quran atau cinta Quran?

Oktober 01, 2020

 

Tulisan ini adalah resume yang saya tulis sebagai tim parenting Taman Quran Mutiara Hati, dengan Pembicaranya adalah Ibu Annisa Nurul Arifah

Cekidot 😇


Sebelum kita menghapal, baiknya kita tanamkan dulu rasa cinta anak kepada Quran. 

Dan sebelum cinta, tentu harus kenal dulu. Begitupun dengan Quran. Sebelum kita berharap anak-anak mau mencintai quran, tentu saja kita harus mampu mengenalkan Quran dengan baik dan benar.

Ada beberapa tipe orangtua. Di antaranya, ada tipe orang tua yang memforsir anaknya untuk belajar Quran, sementara orangtuanya tidak memberikan contoh dalam kesehariannya. Ada juga, yang sedari awal kedua orangtuanya cuek terhadap interaksi dengan Quran, dan tipe yang terakhir ada juga tipe orang tua yang selain memotivasi anaknya untuk interaksi dengan Al Quran sekaligus menjadi teladan dalam berinteraksi dengan Al Quran.

Maka, kita sebaiknya memilih menjadi tipe orangtua yang senantiasa memotivasi anak sekaligus menjadi teladan bagi anak dalam berinteraksi dengan Quran. 

Nah, untuk memotivasi anak, kita bisa menjelaskan keutamaan-keutamaan membaca Quran.

Ada 6 keutamaan membaca Quran yang bisa ayah bunda terus ulang penyampaiannya pada anak.

Salah satunya, Quran akan menjadi syafaat di akhirat bagi kita yang rajin membacanya.



Tips menanamkan Cinta Al Quran Sesuai fase

  • Usia 0- 2 tahun 

klik foto untuk mengetahui sumber gambar


Fase 0-2 tahun ini adalah fase pengenalan. Dan harus hati-hati sekali dalam fase ini. 

Orangtua harus mampu menjadi teladan dalam berinteraksi dengan Quran. 

Misal, pada saat menyusui, ibu bisa sambil muroja'ah atau membaca Quran. Atau saat setiap ba'da magrib, dirutinkan membaca Quran bersama-sama dengan keluarga.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, dalam fase anak-anak ini, pastikan respon orangtua harus selaras dengan rahmat Quran.

Misal, saat kita sedang membaca Quran, kemudian anak-anak menangis atau tiba-tiba membutuhkan kehadiran kita, maka respon kita harus baik dan lembut. Tidak malah memarahi anak, agar anak tidak mempunyai kesan yang tidak menyenangkan dari kegiatan membaca Quran orangtuanya.

Pastikan kita selalu berusaha menanamkan rasa bahwa dekat dengan Quran itu menyenangkan melalui tutur kata dan sikap baik dan lembut kita sebagai orangtua. 

Kalau pun harus dijeda dulu membacanya, perlihatkan juga cara yang takzim kita terhadap Quran. 

Intinya, tuntaskan dulu waktu bermain dengan anak tanpa gangguan (termasuk gadget). Kalau waktu bermainnya sudah selesai, dan anak sudah puas, baru kita ajak anak untuk membaca atau kita sendiri melanjutkan bacaan Quran yang terjeda saat sudah kondusif.


  • Usia 3-5 tahun 



Tanamkan kesan bahwa dekat atau berinteraksi dengan Quran itu menyenangkan. 

Contoh, saat melihat matahari, stimulus anak-anak untuk menyambungkan ciptaan Allah itu dengan Quran.

Misalnya begini, "Nak, di dalam Quran ada penjelasan tentang matahari, loh. Contohnya di surat Asy-syams" 

Begitupun saat melihat bulan dan hal-hal di sekitar kita. Sehingga, bila kita sering mengaitkan hal-hal tersebut dengan Quran, anak akan terstimulus rasa ingin tahu dan ketertarikannya terhadap Quran. 

Maka anak kelak akan tertanam rasa kagumnya, "Oh, ternyata semuanya ada loh di dalam Quran!" atau "oh jadi isi di dalam Quran itu lengkap sekali!"

Pun dengan menceritakan kisah-kisah yang ada di dalam Quran. Pastikan kita menceritakan yang indah-indah terlebih dahulu, seperti Surga dan segala isinya, pada usia anak di fase ini. 

Kapan anak boleh diberikan kisah tentang azab atau neraka? Yakni pada saat anak sudab paham mana yang baik dan mana yang buruk.

Oh ya, di fase ini juga kita sudah mulai mengenalkan cara membaca yang baik dan fasih, sesuai dengan makhrijul huruf dan tajwidnya. Sehingga, anak yang mendengarkannya akan terbiasa dengan bacaan yang benar.

Serta pastikan kita menanamkan adab yang baik terhadap Quran. Misalnya, kita ingatkan anak untuk tidak membaca atau menyebutkan ayat quran saat sedang di kamar mandi.


  • Usia 7 tahun 


Pada fase ini, kita sudah pada tahap untuk memotivasi anak mencintai Quran. Indikatornya yaitu, bila anak sudah tidak ragu lagi dengan kandungan Quran, maka anak tersebut sudah tertanam rasa cintanya.

Contoh, di usia 7 tahun anak sudah wajib sholat, nah bila anak sudah tertanam rasa cintanya terhadap Quran, maka anak akan mau melakukan kewajibannya untuk solat. 


Namun, bila memang masih ada keraguan dari anak terhadap Quran, maka kitalah yang bertanggung jawab untuk mengevaluasinya. Apakah selama ini metode yang kita terapkan sudah sesuai dengan tahapan maupun karakter anak atau belum. 

Karena bila sudah cinta dengan Quran, maka anak lebih mudah mengapal Quran. 

Selanjutnya, hal yang perlu diperhatikan saat menghapal Quran.

Talqin

Tasmi'

Tahsin

Metode menghapal Quran = bisa memakai Ummi, Wafa', dsb, yang sesuai dengan karakter anak masing-masing. Intinya, 3 T tadi (Talqin, tasmi' dan tahsin) harus ada di dalam metode yang dijalankan.

QnA dengan moderator 

1. Kendala terbesar yang dirasakan oleh pemateri saat menjalankan tahapan ini apa?

Jawaban: yang dirasakan kendala terbesar biasanya diri sendiri (sebagai orangtua). Jadi, biasanya kita harus mampu mengendalikan emosi kita sendiri. Karena kalau kita sebagai orang tua bersikap kasar/galak, maka akaj timbul kesan pada diri anak "oh gara-gara Quran nih orangtuaku galak" 

Padahal kan seharusnya, anak-anak mempunyai kesan positif terhadap hasil interaksi orangtua dengan Quran.

Jadi, sebagai orangtua kita harus memperbaiki diri/akhlak kita. 

2. Kalau anak tidak mau mengaji atau inginnya main terus, kita harus bagaimana?

Jawaban : kita harus perhatikan dulu tumbuh kembang anak. Selesaikan dulu kebutuhan anak. 

Tuntaskan dulu waktu mainnya. Dan perhatikan juga metode yang kita sampaikan. Menyenangkan atau tidak bagi anak. Terasa nyaman atau tidak bagi anak.

Intinya, orangtua harus kreatif mencari cara yang menyenangkan agar anak tertarik dengan kegiatan mengaji.

3. Perlukah membuat kesepakatan dengan anak mengenai jam mengaji?

Jawaban: tergantung kondisi. Disesuikan dengan usia dan tipe anak. Tapi, perlu sekali ditekankan di awal itu tentang rasa butuh terhadap Quran.

Karena ada anak yang tipenya visual, audio atau audiovisual, yang masing-masing punya cara tersendiri untuk lebih optimal.


QnA dengan peserta

  • Melsa Ummu Umamah - Natuna : anak beliau baru berusia 2.5 tahun, tapi sudah mau baca Iqro, bahkan kalau dipending mengajinya malah menangis. Nah, apakah boleh anak usia 2.5 sudah mengaji iqro, mengingat paparan pemateri tadi usia segini masih pengenalan dulu. 

Jawaban : terkait baca tulis quran, kita kembalikan pada kemampuan dan kesiapan anak. Bila anak sudah siap walaupun masih batita, maka boleh. Tapi, kalau belum siap tentu jangan dipaksakan untuk bisa membaca atau menulis quran terlebih dahulu.

Karena fokus di usia ini ada stimulus untuk cinta terhadap quran terlebih dahulu. Namun, bila memang anak sudah mau dan siap baca tulis Quran dan mampu, maka boleh.

Dan pastikan saat mengajarkan makhorijul hurufnya benar, agar anak terbiasa dengan bacaan yang benar. Tapi, lebih dari itu, pastikan cara dan metodenya menyenangkan. Kalau anak senang, insyaAllah bisa lebih mudah belajarnya.


  • Lutfiah Ayu Khoirunnisa-Salatiga : adik berusia SMP sedang kecanduan tiktok, lalu malas mengaji juga, padahal kami di keluarga sudah selalu mencontohkan dan membiasakan diri untuk mengaji. Adakah tips untuk mengatasi hal tsb?


Jawaban : Minta tolong ke guru untuk membantu memotivasi anak tsb. Dan di rumah juga tetap distimulus untuk cinta Quran.

Boleh juga untuk memberikan reward pada anak, yang bisa diterapkan di awal-awal. 

Lalu perhatikan juga teman-temannya, apakah di lingkungan yang baik atau tidak. Kita harus berbaur dengan mereka agar mampu mengontrol lingkungan anak.


  • Fitri indriyati : bagaimana memotivasi diri sebagai orang tua agar istiqomah mengenalkan Alquran dengan cara menyenangkan. Karena terkadang suasana hati dan kesibukan tidak kondusif sehingga orang tua terbawa emosi?

jawaban : sadari bahwa ini adalah jalan yang baik. Buat visi misi keluarga dengan jelas. Contoh : menjadikan keluarga menjadi keluarga yang qurani. Sehingga, kita tetap semangat menjalaninya. Dan pastikan kita bergandengan tangan dengan pasangan, agar visi misi tersebut bisa terwujud. 


Tips lainnya, orangtua harus melakukan ini : 


1. Upgrade ilmu. 

Karena kalau kita berilmu, kita akan mendapatkan insight-insight yang bermanfaat. Bisa dengan mencari guru yang tepat, ataupun baca buku. 


2. Berdoa kepada Allah

semoga selalu diberi petunjuk dan pertolongan. Sehingga, kita tidak merasa sendirian. Ada Allah yang membantu kita. 


3. Charge iman

Karena iman itu naik turun. Maka kita perlu mencharge iman kita agar senantiasa dalam keadaan baik.


4. Manajemen waktu

Sebagai ibu, kita harus bisa mengatur waktu dengan baik. Berapa presentase urusan domestik, presentase melayani suami, maupun presentase melayani anak-anak. Semuanya harus diatur waktunya.

Maka pastikan kita tuntaskan dulu urusan domestik, kebutuhan dasar semua anggota keluarga, sebelum mengajar anak-anak. Agar pikiran kita rileks. 

Karena akan sangat mudah emosi bila kita menghadapi anak yang sedang banyak tingkahnya sementara kita dalam keadaan capek sekaligus lapar, betool begitu? :D  

Atau bila memang sumber emosi itu berasal dari innerchild, maka sangat penting bagi kita untuk menuntaskan dulu innerchild tersebut.


5.  Tazkiyatun-Nafs

Intinya, sering-sering istigfar. 


  • Nanik- Karawang : anak usia 3.5 Tahun, sorenya sudah TPQ, ada kegiatan sambung huruf dll. Apakah, pagi harinya boleh masuk kelas tahfidz atau di rumah saja bersama orangtuanya?


Jawaban :

Bila anak enjoy di TPQ, silakan dilanjutkan.

Namun sebagai saran = lebih baik orangtuanya yang pertama kali mengajarkan huruf hijaiyah anak. Agar terjadi ikatan batin antara anak dan orangtua. Dan nantinya ada kesan dan kebanggaan tersendiri di hati sang anak.

Namun, perlu dipastikan cara kita harus baik dan menyenangkan, agar anak selalu termotivasi dg baik pula. 


Intinya, saat anak sekolah atau belajar di sebuah lembaga, bukan berarti orangtua lepas tanggung jawab. Anak tetap tanggung jawab orang tua. Guru adalah partner yang membantu.


  • Tantri - Bandar Lampung : apa tips teladan orangtua agar anak cinta Quran dan kecanduan Quran, dan metode apa yang diterapkan di rumah?

jawaban : 

Anak harus sering melihat kita berinteraksi dengan Quran. Supaya anak tertarik dan kecanduan Quran. Misal, bila memang anak belum bisa baca Quran, maka biarkan anak membaca atau dibacakan terjemahan Qurannya. 

Dan kenalkan tentang surga atau hal-hal indah yang ada di dalam Quran terlebih dahulu. 

Lalu, orangtua pun harus senantiasa upgrade ilmu, seperti membaca tafsir Qurannya. 

Untuk metodenya, pastikan kita tahu waktu-waktu kondusif dan efektif anak.

Kalau pembicara, biasanya menghapal di rumah cukup 3 ayat, sisanya muroja'ah di jalan saat di KRL misalnya.

Intinya orangtua harus bisa memetakan mana waktu fokus anak yang tidak banyak gangguan atau saat sedang kondusif. Sehingga, anak bisa lebih optimal.


  • Mama Kaisar / kelas AlMukminun Muti : bagaimana supaya anak istiqomah dan semangat menghapal Quran, agar terus terjaga tidak hanya di awal-awal saja?

Jawaban :

Anak itu sama seperti kita. Iman dan semangatnya naik turun. Maka, pastikan kita sering stimulus atau memotivasinya terus menerus.

Lalu dekatkan anak dengan lingkungan yang suka atau dekat dengan Quran. Karena lingkungan pun memengaruhi.


Cara memotivasi anak usia dini bisa dengan menceritakan tentang surga dan keutamaan-keutamaannya. Dan sampaikanlah hal itu dari hati, agar feelnya terasa dan sampai ke hati anak. Sampaikan juga hal-hal tersebut dengan ekspresif, sehingga menarik perhatian anak dan menyentuh hatinya.


  • Bunda Diana - Karawang : Tips memperkaya diri dalam mendalami tema-tema dalam Quran dan cara menyampaikan Aqliah dengan bahasa sederhana?

jawaban : 

Dibuatkan mappingnya terlebih dahulu, yang intinya tetap bisa menjaga rasa cinta anak terhadap Quran sesuai dengan fase-fasenya.


  • Djayanti - Karawang : bagaimana tipsnya bagi anak usia 7 tahun atau yang lebih dewasa lagi, bila selama ini ada tahapan yang terlewat (tidak persis seperti tahapan yang dijelaskan pembicara)? 

Jawaban : 

Kita harus mengejar sebisanya. Bagaimanapun tertinggalnya, kita harus semangat untuk mengejar ketertinggalan dengan menstimulus kembali rasa cinta tersebut. 

Bagi yang sudah dewasa Bisa dengan berguru, dan terus upgrade ilmu. Juga dengan senantiasa tazkiyatunnafs. Serta berdoa kepada Allah agar selalu ditemani dan dibimbing. 


  • Fitriyani Lestari : bagaimana caranya membuat kurulum di rumah, khususnya bagi yang lulusan SMA. 

Jawaban : 

Kurikulum itu butuh ilmu. Jadi kita harus upgrade ilmu, kita tetapkan tujuannya apa. Lalu breakdown kembali goals itu menjadi metode dan materi apa yang akan kita terapkan pada anak-anak. Sehingga, anak-anak bisa tetap merasa senang saat belajar.


Demikian guys, resume parenting yang saya tulis, semoga bermanfaat 😇

Salam,

Djayanti Nakhla 

You Might Also Like

20 komentar

  1. Contoh langsung dari orangtua sangat penting ya dalam mengajari anak untuk cinta dan hafal alquran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyes mbak, bagaimanapun teladan itu perlu apalagi agar anak bs mencintai alquran :)

      Hapus
  2. Setuju banget, contoh langsung dari orangtua yang rajin mengaji itu paling ampuh agar anak mau mencintai dan mendalami Quran ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hu'um mbak,mudah2an Allah karuniakan kita semua rasa cinta terhadap alquran ya aamiin :)

      Hapus
  3. Semangat ya semua yg sedang mengajarkan anak-anak supaya cinta Quran

    BalasHapus
  4. Membuat kesepakatan dengan anak mengenai jadwal mengaji itu sangat penting menurut saya karena melatih anak untuk disiplin dan menepati perjanjian. Saat ia melanggar ia tahu bahwa ia salah. Itu yang selama ini kami terapkan di rumah. Dan sudah setahun terakhir Alhamdulillah lancar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget mbak, kesepakatan itu penting juga, masyaAllah semangat terus ya mbak, mudah2an anandanya makin dekat dengan Quran aamiin :)

      Hapus
  5. ini yang sempat dibeberkan ustadz Adi Hidayat dulu, menanamkan sejak dini. Mulai dari usia masih dalam kandungan sampai dewasa...

    saya masih mencatat point pentingnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul masbro

      Rajin juga ya masbro soal catat mencatat,lanjutkan!

      Hapus
  6. Penting sekali untuk orang tua menanamkan dan menjaga kecintaan anak pada alquran. Tips di atas mengingatkan pembaca begitu pentingnya menanamkan kecintaan dan mengamalkan alquran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, pentingnya pake banget nget nget. Mudah2an kita semua bisa saling mengingatkan dalam kebaikan ya aamiin

      Hapus
  7. Kaka aku perlu banget ilmu ini, makasi ya resumenya, paling susah tu bikin anak cinta Quran, kalau dah cinta, selanjutnya terserah Anda *eaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2 mbak Zee, mudah-mudahan bermanfaat ya aamiin ya Allah :)

      Hapus
  8. Omong-omong, saya pernah dengar bahwa lebih baik mengajari anak tahsin dulu daripada langsung tahfidz, karena kalau hafalannya bacaannya belum benar susah memperbaikinya. Jadi belajar membaca Quran dengan benar dulu. Tapi kalau bisa sekali jalan seperti yang Mbak tulis, itu bagus banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga anak-anak Indonesia bisa dekat dan cinta Quran ya, dan bisa belajar tahsin dan tahfid dengan antusias karena Allah aamiin :)

      Hapus
  9. Aku pilih cinta karena kalo sudah cinta bisa melakukan apa pun tanpa batas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa betul, kalau sudah cinta semangatnya lebih kentara dalam menjalaninya :)

      Hapus
  10. Masyaa Allah... benar-benar dapat ilmu. Syukron.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Afwan mbak,jazakillah sudah baca sampai tuntas, semoga bermanfaat ya aamiin

      Hapus