Mana yang Lebih Utama, mengajarkan adab atau akidah pada anak?

Oktober 08, 2020

Tulisan ini masih tentang resume yang saya tulis pada webinar yang diadakan oleh TQ Mutiara Hati, dengan pembicaranya saat itu adalah ustad Herfi Ghulam Faizi, Lc., semoga bermanfaat ya! 



Cekidot 😇

Perlu kita ingat kembali, bahwa apapun  yang disampaikan Nabi Muhammad saw., adalah perkara penting semua. 

Termasuk Pendidikan keluarga. Itu penting. Karena merupakan bagian dari risalah yang dibawa Nabi Muhammad saw.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam Quran. 

Dan hari ini kita menghadapi persoalan yang cukup serius. Yakni secara data, ternyata tingkat akademik seseorang tidak menjamin kebaikan adab atau kemuliaan akhlaknya. 

Misalnya, dari hal yang (mungkin) kita anggap sepele tentang bagaimana seseorang berbicara, entah itu politikus, tokoh tertentu, atau siapapun, yang sering kita temukan offline ataupun online (media sosial), yang tidak mengindahkan hadis “berkatalah yang baik atau diam”.

Padahal, kita semua menginginkan generasi kita menjadi penyejuk mata. Dan bagaimana mungkin mereka akan jadi generasi penyejuk mata, bila tidak beradab. 

Sebagi gambaran, ada suatu kisah pemisalan berikut ini.

Ada seorang adik kakak, yang satu S3, satunya lagi hanya lulusan sekolah menengah akhir. Yang lulusan tinggi ini ternyata tidak memiliki akhlak yang baik terhadap orang tuanya, sedangkan yang lulusan SMA ini punya akhlak yang baik terhadap orangtuanya. Sebagai orang tua, kita akan merasa senang terhadap yang mana? Kebanyakan pasti lebih senang terhadap anak yang baik akhlaknya, bukan?

Ya, Jadi begini, gambaran yang telah dijelaskan itu merupakan hasil bentukan. Ya, akhlak adalah bentukan dari pengulangan adab. Mengajarkan seseorang tentang adab itu memang butuh proses. 



Sebagaimana hewan gajah yang lazimnya adalah berpeluang memberontak  bila berhadapan dengan orang asing, akan menjadi hewan yang jinak bahkan mau bermain dengan anak-anak setelah dilatih oleh pawangnya. 

Artinya, gajah saja yang bertubuh besar dan tak punya akal, mampu dilatih menjadi lebih ‘berakhlak’. Apalah lagi manusia yang memiliki akal, otomatis insyaAllah bisa dilatih juga untuk menjadi manusia yang lebih berakhlak dalam arti yang sebenarnya.

Maka, kita harus memulai konsep dasar pembentukan ini dari rumah tangga kita. Yakni pendidikan adab dan pendidikan iman.

Baca juga : Dahukan mana, hapal Quran atau cinta Quran?

Lalu muncul pertanyaan, mana yang harus didahulukan, pendidikan adab atau pendidikan iman? Maka jawabanya adalah, tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena kedua-duanya adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Salah satu urgensi pemahaman pendidikan ini, adalah agar saat anak sudah memahami adab yang baik, anak akan tahu atau punya tujujan yang hakiki ketika mengamalkannya, yaitu untuk mendapatkan ridho Allah swt.,

Dalam khazanah islam, kita mengenal Iman sebelum Quran, adab sebelum ilmu. 

Namun, dalam pandangan Ustad Herfi, adab itu ibarat sebuah file dalam gadget, nah akidah (iman) itu adalah aplikasi playernya. Sebagus apapun dan sebanyak apapun file itu, jika aplikasi playernya tidak ada, maka tidak akan bisa dijalankan. 

Dalam kata lain, sebanyak apapun kita atau anak belajar adab, tapi bila akidah kita belum diinstall dengan baik, maka tidak akan berjalan dengan baik pula.




Jadi, keduanya, dalam pendidikan Islam tidak bisa dipisahkan. 

Seperti yang sering disebutkan dalam  Quran. Allah selalu mengaitkan adab dengan iman. Allah sering menyandingkan kata iman dengan perintah berbuat baik (adab).  

Sebagaimana beberapa contoh dalam Alquran surah Al Ahzab ayat 70, QS Al Hujurat ayat 12, dimana Allah sering ‘menyalakan’ iman sebagai pendampingan manusia untuk melakukan adab yang baik. 

Pun dalam hadis, rosulullah selalu menegaskan bahwa iman itu berkaitan dengan adab atau akhlak yang baik, kepada siapapun.

QNA : 

Bu Mimin – Bintaro : saya kan berusaha untuk menjadi teman bagi anak-anak saya agar mereka senantiasa terbuka pada saya. Namun, bagaimana caranya agar anak-anak tetap memiliki batasan dan tetap memuliakan orangtua?

Jawaban : yang pertama adalah sampaikan pada anak tentang adab kepada orangtua, Karena anak harus paham dulu poin-poin adab terhadap orang tua itu apa saja. 

Seperti mengucapkan lebih dulu salam kepada orang yang lebih tua, dll. 

insyaAllah bila anak sudah paham, akan diamalkan. Namun bila lupa, kita bantu ingatkan atau tegur. 

Karena pengulangan adab itu perlu, agar terbentuk akhlak. Maka, pengamalannya perlu kita kawal dengan baik. 


Dan bila anak sudah paham, kita harus sering berdialog dengan anak-anak, agar mereka tetap merasa nyaman saat proses pembentukan akhlak tersebut.

Bu Teti –karawang : bagaimana cara mengkomunikasikan adab ke anak?

Jawaban: suatu ketika pada haji wada di Arafah, Rosulullah membonceng sepupunya yang masih kecil, yakni ibnu abba, naik onta. Dan ibnu abbas naik di bagian depan. Dengan segala karunia ketampanannya, pesona ibnu abbas ini mengundang banyak perhatian para wanita, dari mulai remaja sampai yang sudah ibu-ibu. Mereka semua memerhatikan ibnu abbas yang sedang dibonceng rosulullah.

Merasa diperhatikan, akhirnya membuat ibnu abbas juga ikut mengamati para remaja wanita itu. Namun,  rosulullah dengan sigap langsung menghadapkan kembali wajah ibnu abbas ke arah depan, agar mengabaikan perhatiannya pada para wanita remaja itu. 

Rosulullah pun mengatakan “Hai ibnu abbas, hari ini adalah hari dimana Allah ampuni hamba-hambanya yang menjaga pandanganya”

Seketika ibnu abbas pun menjaga pandangannya.

Dari kisah tersebut, kita dapati dua pembelajaran sekaligus. Yakni pembelajaran adab, dan akidah sekaligus. Maka, perbayaklah dialog dengan anak, dan kaitkan tema yang sedang dibahas dengan akidah akhlak. Lalu buat list sebagai bahan evaluasi, apa saja adab anak-anak kita yang masih butuh untuk diperbaiki.

Revinna - Palembang : Bagaimana cara agar dapat mengerti dan tahu bahwa adab sangat penting dibanding ilmu? 

Jawaban : caranya gampang, yang penting telaten. 

Seperti sebuah ilustrasi berikut : anak tidur bersama kita. Lalu, pagi harinya orangtua bangun langsung mencari gadget, begitu sampai kurang lebih 30 hari. Maka, anak pun akan menyimpulkan bahwa gadget itu sangat penting, lebih penting dari membaca doa bangun tidur. 

Dari ilustrasi tersebut, kita seyogyanya mengevaluasi diri kita terlebih dahulu.

Selanjutnya, bila ada pernyataan, "yang penting adabmu baik! Enggak penting sains atau hapalanmu itu." maka, pernyataan tersebut adalah sebuah kekeliruan.

Karena bila kita mengevaluasi, maka evaluasilah masalah adab pada anak, tanpa menggembosi motivasi terhadap ilmu-ilmu yang lain.

Karena motivasi terhadap ilmu itu penting, tapi tetap diarahkan dengan adab yang baik. 

Sekali lagi, keseriusan anak terhadap ilmu itu harus kita motivasi dan apresiasi, namun tetap harus didampingi dengan arahan adab. 

Rohimat - Karawang : bagaimana adab kita sebagai orang tua ketika menegur anak apabila anak melakukan prilaku tidak sopan kepada orang yang lebih tua di tempat umum? 

Jawaban : anak melakukan kesalahan, entah itu di tempat umum ataupun bukan tempat umum, pasti beda-beda motivasinya. Maka, jika berbeda motif nya, akan beda juga cara penyelesaiannya.

Nah, motif-motif kesalahan  anak-anak adalah : 

1. Ada yang salah karena memang belum mengerti

2. Ada yang salah karena memang belum bisa/ tahu caranya

3. Ada yang salah karena sudah mengerti, sudah bisa caranya juga, namun belum terbiasa.

Maka, dari ketiga hal tersebut, kita harusnya tidak serta merta membentak atau langsung menyalahkan anak saat anak berlaku kesalahan. Karena alih-alih kita memperbaiki, justeru malah membuat anak minder dan merasa tidak diapresiasi keberadaannya. 

Untuk itu perlu dialog. Saat anak berbuat kesalahan, tanya dulu alasannya apa. Kalau ternyata dia tidak tahu, maka kita harus memberi tahu dengan baik. Kalau alasannya karena belum mengerti caranya, karena bisa jadi anak sebenarnya ingin menghormati orangtua, tapi tidak tahu caranya, maka kita jelaskan caranya dengan benar. Bila memang anak sudah tahu, sudah bisa namun lupa, maka kita ingatkan lagi dengan baik.


Nurlaelah - Jakbar : Bagaimana menanamkan adab ke remaja (yg sudah masuk pesantren juga)? 

Jawaban : yang paling mendasar adalah kita harus perhatikan perubahan fisik dan psikisnya. Karena saat menjelang  baligh, rasa malu anak akan semakin bertambah. Bahkan, anak yang beranjak remaja, bisa menjadi sangat sensitif. Sehingga, dia merasa seluruh orang sedang memerhatikannya. Maka tak heran, bila ada anak remaja yang ketika kecilnya selalu duduk di paling depan acara kajian, memilih untuk duduk di belakang ketika menjelang/ saat masa baligh. 

Intinya adalah, kita harus sering berdialog, terutama pada anak yang menjelang-saat-pasca baligh. Bangun komunikasi yang sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya. 

Misal, saat anak malu untuk ikut kajian, maka katakan "alhamdulillah, ibu bersyukur karena kamu sudah punya rasa malu, karena malu sebagian dari iman. Tapi, malu itu ada tempatnya. Kalau untuk menuntut ilmu dan menyampaikan kebenaran kita tidak perlu malu." 

Bangunlah komunikasi yang baik, dan tambahkan kepercayaan kita kepada anak yang semakin tumbuh. 

Ummi - Karawang : mayoritas orangtua tidak sabar, merasa lebih urgent mengajarkan anak (kurang dari 5 tahun) untuk belajar sholat dibanding belajar akidah. Apa efek mungkin terjadi dengan pola asuh gini?

Jawaban : poin pentingnya adalah kita tanamkan dulu untuk siapa dia beribadah? Allah. 

Karena Ibadah-ibadah itu akan menjadi akumulasi beban pada anak. Maka, penting sekali untuk menanamkan cinta, harap dan takut kepada Allah. Agar syariat-syariat (termasuk sholat) tidak dianggap sebagai beban.


Ajeng --Karawang : Apa indikator anak melakukan ibadah karena Allah? Bukan karena orangtua, atau karena dilihat orang lain? Karena, banyak kasus saat ini, ada orang yang terlihat baik tapi ternyata dia korupsi, dll. 

Jawaban : indikatornya ada pada ikhlas. Tapi, kita tetap bisa mendrive anak agar selalu berpikir untuk melakukan sesuatu karena Allah, Lillah.




Betul, jangankan anak, orang dewasa saja bisa tergoda untuk tidak ikhlas. Apalagi anak-anak yang lebih butuh pengarahan. Maka, solusinya adalah perbanyak dialog dengan anak. 

Baca juga ini : tips khatam quran dengan optimal

Contoh, bila anak melakukan kebaikan, tanyakan oleh orangtua, apa alasan anak tersebut melakukan kebaikan. Bila alasannya sudah lillah, maka kokohkan. Bila jawabannya belum tepat, maka kita mantapkan untuk Lillah. 

Closing statement ustad Herfi : 

# Bahwa semua yang diajarkan oleh Nabi Mumahammad saw., adalah penting, termasuk pendidikan adab dan aqidah.

# di zaman sekarang, wabilkhusus di masa pandemi yang menuntut anak-anak untuk daring, yang artinya banyaknya peluang anak berinteraksi dengan gadget, maka perbanyak pula dialog kita terhadap anak. Dengan kata lain, semakin besar peluang anak berinteraksi dengan gadget, maka siapkan ruang dialog yang besar pula untuk anak-anak kita. 

Sampai bertemu di tulisan selanjutnya ya guysssss :) 


Salam, 

Djayantinakhla

You Might Also Like

8 komentar

  1. Terima kasih Mbak sharingnya bagus banget ini tema Parenting apalagi mengenalkan adab dan Aqidah untuk anak balita aku memerlukan informasi ini.

    BalasHapus
  2. jadi inget lg dg acara2 parenting yg dulu sering kuikuti. pd intinya sama, dialog dg anak dsb. tapi sebyk apa pun ilmu parenting, gak akan pernah cukup, sbb praktiknya setiap hari. kadang teori kita ketinggalan terutama saat marah ke anak

    BalasHapus
  3. Betul, adab dan iman dijelaskandalam satu hadis.... Tepatnya hadis Jibril.

    Keduanya tidak bisa pisahkan.

    BalasHapus
  4. Miris sekali Mbak, tidak jarang kita temukan orang berpendidikan tinggi tapi tidak bisa menunjukkan adab yang baik terhadap orang lain. Perkara adab ini memang dapatnya dari pendidikan informal di keluarga, bukan dari pendidikan formal di sekolah atau kampus

    BalasHapus
  5. Terima kasih sharingnya, Kak... nambah ilmu parenting diri yang masih dangkal.

    BalasHapus
  6. Jadi keduanya beriringan, ya. Satu paket, nggak bisa dipisahkan gitu. Cuma netijen ngeyel masih aja suka memperdebatkan mana yg utama

    BalasHapus
  7. Yess, i remember. For my kidz the first i teach about attitude and then when they more understood i do learning for them about faith

    BalasHapus
  8. Terima kasih pencerahannya, jadi bahan renungan untuk ngobrol lebih lebih banyak tentang akidah dan adab dengan anak..

    BalasHapus